Manajemen Takut
Bismillah.
Di antara kesempurnaan akidah Islam ialah ia memberikan tuntunan yang jelas dan gamblang bagi seorang muslim dalam mengelola hati dan perasaan. Para ulama kita menjelaskan bahwa barangsiapa yang beribadah kepada Allah Ta’ala dengan takut, harap, dan cinta, maka itulah orang bertauhid yang sejati. Tidak boleh meninggalkan salah satunya. Ketiga amalan hati ini harus ada.
Dalam mengelola rasa takut, maka perlu diketahui bahwa rasa takut kepada Allah Ta’ala itu ada yang terpuji dan ada yang tercela. Rasa takut yang terpuji apabila ia menghalangi dari melakukan keharaman atau ia meninggalkan kewajiban. Adapun rasa takut yang membuat putus asa dari rahmat Allah Ta’ala dan tidak mau bertaubat (karena sudah terlanjur hanyut dalam lautan dosa), maka ini adalah rasa takut yang tercela.
Para ulama menggambarkan rasa takut dan harapan itu laksana dua belah sayap seekor burung. Burung itu tidak bisa terbang apabila hanya memiliki satu sayap. Oleh sebab itu, kedua “sayap” ini, yaitu takut dan harap, harus ada dalam diri seorang mukmin. Apabila rasa takut terlalu mendominasi sehingga mencabut harapan, maka timbullah rasa putus asa. Sebaliknya, apabila harapan terlalu mendominasi dan menghilangkan rasa takut, maka akan membuat orang merasa aman dari makar Allah Ta’ala. Kedua hal tadi, yaitu berputus asa dari rahmat Allah dan merasa aman dari makar Allah adalah termasuk dosa besar.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلاَّ الضَّآلُّونَ
“Dan tidaklah berputus asa dari rahmat Rabbnya, kecuali orang-orang yang tersesat.” (QS. Al-Hijr: 56)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أكبر الكبائر الإشراك بالله، والأمن من مكر الله، والقنوط من رحمة الله، واليأس من روح الله
“Dosa besar yang paling besar di antaranya adalah berbuat syirik kepada Allah, merasa aman dari makar Allah, berputus asa dari rahmat Allah, dan habis harapan terhadap pertolongan Allah.” (HR. Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Rasa takut yang terpuji adalah yang menghalangi pemiliknya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Apabila melampaui batasan ini, maka dikhawatirkan ia akan terjatuh pada sikap putus asa.” (Madarijus Salikin, 2: 184)
Ibnu Tamiyah rahimahullah berkata,
الخوف المحمود ما حجزك عن محارم الله
“Rasa takut yang terpuji adalah yang menghalangimu dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah.” Sebagaimana dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin (2: 184).
Allah Ta’ala memuji orang yang merasa takut kepada-Nya. Di antaranya Allah Ta’ala berfirman,
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
“Bagi orang yang takut terhadap kedudukan Rabbnya, maka dia akan mendapatkan dua buah surga.” (QS. Ar-Rahman: 46)
Ibnu Jarir Ath-Thabari menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas yang menafsirkan maksud dari ayat ini, “Orang itu merasa takut kemudian dia pun bertakwa. Orang yang benar-benar takut ialah yang melakukan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan maksiat kepada-Nya.”
Mujahid menafsirkan,
هو الرجل يهم بالذنب، فيذكر مقام ربه فينـزع
“Dia adalah seorang yang bertekad untuk melakukan suatu dosa, lalu dia pun ingat terhadap kedudukan Rabbnya, lantas dia pun meninggalkannya (tidak jadi melakukannya).” (Asar ini juga dinukil oleh Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya)
Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,
فالخوف إذا عظم واشتد أوجب على الخائف أداء فرائض الله، وترك محارم الله، والمسارعة إلى كل خير؛ فلهذا صار في المنزلة العالية في الجنة
“Rasa takut apabila besar dan kuat dalam hati, niscaya akan menjadikan orang yang takut itu untuk menunaikan kewajiban dari Allah dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan Allah serta bersegera dalam menuju segala kebaikan. Oleh sebab itu, dia akan mendapat kedudukan yang tinggi di dalam surga.” (sumber : Fatawa Nur ‘ala Darb)
Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,
هذا الخوف الذي يوجب له الاستقامة على دين الله وعبادة الله تعالى حق عبادته؛ لأن من خاف الله عز وجل راقبه وحذر من معاصيه والتزم بطاعته
“Rasa takut ini akan membuahkan dalam dirinya sikap istikamah di atas agama Allah dan beribadah kepada Allah dengan sebenar-benar ibadah. Karena sesungguhnya orang yang takut kepada Allah akan merasa diawasi oleh Allah dan berhati-hati/takut berbuat maksiat kepada-Nya dan berusaha untuk terus melakukan ketaatan kepada-Nya.” (sumber: Fatawa Nur ‘ala Darb)
Dalam sebuah hadis qudsi Allah berfirman,
وإذا خافني في الدنيا أمَّنتُه يوم القيامة
“Apabila hamba-ku takut kepada-Ku ketika di dunia, niscaya Aku akan berikan keamanan untuknya pada hari kiamat.” (HR. Ibnul Mubarok dalam Az-Zuhd, dinyatakan hasan oleh Al-Albani)
Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk menjadi orang-orang yang takut kepada Allah baik ketika bersama orang lain maupun dalam keadaan sendirian. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Baca juga: Macam-Macam “Rasa Takut” Dalam Pelajaran Tauhid
***
@Kantor YPIA Pogungrejo, 10 Syawwal 1444 H
Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.
Artikel asli: https://muslim.or.id/84717-manajemen-takut.html